Kamis, 08 Desember 2011

Bayangkan !!!





Sebuah renungan di pagi hari.. Alhamdulillah, di pagi ini Allah mengumpulkan kita dengan begitu banyak nikmat. Nikmat bisa bangun pagi. 
Karena tidak ada yang bisa menjamin seseorang itu dapat bangun setelah ia tidur. Kalau kita perhatikan, proses bangun dan tidur itu sangat misterius. Pernahkah kalian memikirkan bagaimana proses hilangnya kesadaran saat tidur? Saya pernah. Saya coba berpikir bagaimana kesadaran ini hilang lalu beralih ke mimpi. Tapi hasilnya, malah saya tidak bisa tidur jadinya. Begitu pula proses bangun tidur. Sama-sama misterius. Bagaimana proses munculnya kesadaran kita kembali? Adakah yang dapat menjamin kita bisa bangun lagi setelah tidur? Bahkan terkadang jam weker sudah berbunyi saja belum bisa membangunkan kita dari tidur. Masya Allah.. Bagaimana, masih ngantuk? Ya nikmati saja. Karena ngantuk itu juga nikmat, loh! Ada orang yang punya penyakit tidak bisa tidur. Nama penyakitnya insomnia. Secara psikis, orang yang jarang tidur akan berpengaruh kepada emosinya. Makanya kalau kita ketemu sama orang yang kurang tidur, pasti kita mendapati muka orang itu kusut, jutek, dan sensitif. Hm, segar ya udara pagi ini. Nikmatin dah. Mumpung ada. Jarang-jarang kan kita bisa merasakannya. Kalau di Ciputat mah macet, panas, dan banyak polusi. Renungkanlah, betapa nikmat udara ini mahal sekali sebetulnya. Allah kasih gratis buat kita! Kita boleh hirup sepuasnya. Bayangkan, kalau Allah kasih harga udara sekali sedot itu Rp 100,- saja. Murah kan ya Rp 100,-? Paling beli permen dapat satu. Tapi itu untuk sekali sedot. Coba, kalau dari kecil sampai sekarang, berapa duit yang harus kita bayar untuk udara yang kita hirup? Masya Allah.. Lihatlah, betapa berharganya udara ini di rumah sakit. Satu tabung oksigen begitu mahal harganya. Itu pun hanya bertahan untuk beberapa hari saja. Sementara sekarang, Allah masih memberikan kita kemudahan untuk menghirup udara segar pagi ini, dengan gratis. Ginjal juga. Kalau dipikir-pikir, kita masih bisa hidup dengan satu ginjal, kan? Tapi kenapa Allah kasih dua? Baik banget kan Allah sama kita. Dengan adanya ginjal, racun dalam tubuh bisa disaring. Lihatlah orang-orang yang punya penyakit gagal ginjal. Kulit mereka jadi kuning lantaran racun dalam tubuh mereka tidak dapat disaring. Alhasil, mereka harus bolak-balik ke rumah sakit untuk cuci darah. Bayangkan, berapa biaya yang harus mereka keluarkan untuk sekali cuci darah? Mahal sekali. Dan itu pun tidak cukup sekali dua kali cuci darah, tapi untuk seterusnya! Masya Allah.. Bersyukurlah, Saudaraku.. Allah masih memberi kita kesempatan kepada kita dengan memberi kita nikmat yang begitu banyak ini. Namun terkadang kita tidak sadar dan terlupa. Padahal Allah sudah mengingatkan kita dalam surah yang sudah lama kita hapal, al-Kautsar: 


Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. [QS. Al-Kautsar: 1] 


Bahkan, coba bayangkan Saudaraku, sejak kecil hingga sekarang Allah telah menjaga kita, sehingga kita masih berislam sampai sekarang. Terpikirkah, bagaimana jadinya kalau kita dilahirkan bukan di keluarga kita sekarang ini, tapi di Amerika atau Israel, atau di suku pedalaman yang jauh dari sentuhan Islam. Terbayangkah, apabila itu terjadi, sedang apa, di mana dan dengan siapa kita sekarang? Allahu ya Kariim.. Tapi Saudaraku, Allah melahirkan kita di keluarga yang sebaik-baiknya, dengan orang tua yang sebaik-baiknya, dan dengan tubuh yang sebaik-baiknya. Kepala kita di atas, bukan di bawah. Kuping kita di kanan-kiri, bukan depan-belakang. Coba di depan, kalau kita ngobrol pasti terasa pengang. Mata dua-duanya di depan, bukan di belakang. Karena kalau di belakang pasti kelilipan terus sama rambut. Lubang hidung pun menghadap ke bawah, bukan ke atas. Bayangkan kalau di atas, mungkin kita repot banget kalau hujan. Lalu di atas mata ada bulu mata dan alis. Kalau tidak ada, pasti kita kedap-kedip melulu karena perih. Kedua tangan juga Allah tempatkan di kanan dan kiri, bukan depan-belakang. Coba kalau di depan-belakang. Mau naik motor repot banget kan. 


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? [QS. Ar-Rahman: 13] 


Yakinlah saudaraku, apa yang Allah berikan kepada kita, itu tidak ada yang sia-sia. Semuanya mengandung hikmah yang perlu kita syukuri. Termasuk keberadaan kita saat ini. Allah menakdirkan kita berkumpul di sini, lalu ikut agenda tarbiyah dan dakwah, pasti ada hikmahnya. Boleh jadi Allah ingin kita mencari butir-butir hidayah-Nya di sini, yang mungkin saja tidak orang lain dapatkan di tempat lain. Maka wajar apabila kita mencoba menghitung nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita, niscaya kita tidak akan bisa menghitungnya. 


Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. An-Nahl: 18] 


Namun semua nikmat ini, tentu kembali kepada sebuah pilihan. Syukur atau kufur. Yakinlah, ketika kita kita bersyukur, Allah akan tambahkan nikmat itu. Maka wajar, apabila seseorang bersyukur, ia merasa tenang dan tenteram. Karena nikmat yang ia rasakan bukan perihal besar jumlahnya, tetapi keberkahan-Nya. Ibarat kata, lebih baik punya uang seribu tapi berkah, daripada uang satu juta kalau tidak berkah. Terkadang kita merasa itu nikmat, kalau banyak. Coba saudaraku makan es krim secangkir kecil. Enak, kan? Pasti kalau sudah habis kita merasa kurang. Tapi coba kalau di hadapan kita ada satu bak es krim, bagaimana rasanya? Mungkin saja rasanya jadi tidak seenak ketika jumlahnya secangkir. Begitu pula Allah memberi kita nikmat, pas ukurannya. Karena Allah Maha Tahu apa yang terbaik buat kita. 


Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. [QS. Ibrahim: 7] Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [QS. Al-Baqoroh: 216] Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah. [QS. Al-Baqoroh: 172] 




Maka sudah jelas Saudaraku, bersyukur adalah sebuah keniscayaan. Bersyukur adalah buah keimanan kita kepada Allah. Tidaklah orang beriman, apabila tidak bersyukur. Begitu pula sebaliknya, tidaklah orang bersyukur, makanala tidak beriman. Bersyukurlah! Karena hanya orang yang bersyukurlah yang dapat merasakan kenikmatan. Lantas bagaimana bentuk syukur itu? Abdullah Gymnastiar (Aa’ Gym) menyebutkan ada empat ciri orang bersyukur: Hati tidak pernah merasa memiliki, karena segala sesuatu di dunia ini adalah milik Allah. Apabila diberi nikmat, rajin mengucapkan syukur kepada Allah. Alhamdulillah… Orang yang bersyukur adalah orang yang selalu tahu berterima kasih. Menggunakan nikmat yang Allah berikan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Saudaraku, Allah baik banget sama kita. Banyak sekali nikmat yang Allah berikan, baik yang kita sadari atau tidak. Mungkin kita baru sadar itu nikmat kalau berkaitan dengan rezeki yang berlimpah, kecerdasan, kemudahan, dan lain sebagainya. Tapi sering kali kita tidak sadar tatkala Allah memberi kita nikmat, berupa ujian. Bayangkan, misalnya ketika kita sedang ngobrol dengan teman kita, mungkin saja ada ucap atau sikap kita yang ternyata kurang diterima oleh teman kita. Lantas teman kita jadi sakit hati. Tapi kita tidak sadar akan hal itu. Lalu ketika di perjalanan, mungkin kita terjatuh atau mendapat musibah lainnya. Saat itu pulalah, manakala kita bersabar, Allah menggugurkan dosa kita itu. Meskipun kita sebelumnya belum beristigfar, belum bertaubat. Tapi karena Allah sayang sama kita, Allah kasih kita ujian untuk membersihkan kita dari dosa, Saudaraku. Allah ingin menguji keimanan kita, Saudaraku. Ingatlah, bahwa ujian itu berbanding lurus dengan keimanan seseorang. 


Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. [QS. Al-‘Ankabut: 2-3] 


Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. [QS. Al-Baqoroh: 45-46] 


Maka tak ada jalan lain ketika Allah memberi kita ujian, Saudaraku, selain bersabar terhadap ketentuan-Nya. Hati kita akan sulit bersyukur dan bersabar, kemudian merasa berat ketika kehilangan sesuatu manakala hati kita merasa benar-benar memilikinya. Kalau kata band Letto, “Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya.” Padahal, sebelumnya telah kita singgung bahwa apa yang kita punya itu bukanlah milik kita, tapi milik Allah, titipan Allah! Saudaraku, bersabar itu bukan hanya ketika mendapat musibah. Tapi juga ketika taat kepada Allah, seperti ibadah, dakwah, dan tarbiyah. Juga ketika melawan hawa nafsu. Harus sabar, Saudaraku. Kalau tidak sabar, ya tidak nikmat rasanya. Maka kunci kedua untuk meraih kenikmatan setelah syukur adalah bersabar. Makan, kalau buru-buru pasti rasanya tidak nikmat. Salat juga, kalau tidak pakai tuma’ninah rasanya tidak nikmat. Semua yang buru-buru dan dikejar nafsu, pasti akhirnya tidak nikmat. Maka bersabarlah, Saudaraku. Karena hanya orang yang bersabarlah yang dapat merasakan kenikmatan. Tapi ingat, sabar bukan berarti pasrah tanpa ikhtiar. Digebugin preman, sabar. Dianiaya tanpa sebab, sabar. Nah, yang itu bukan sabar namanya. Yang namanya sabar itu terdapat sebuah kesungguhan dalam hati, kemudian teraplikasi dalam sebuah tindakan yang pasti. Saudaraku, mengapa perihal syukur dan sabar ini kembali kita bahas? Karena dua hal ini begitu penting, Saudaraku. Telah lama kita mengenal dua konsep ini, tapi sudahkah kita benar-benar meresapi dan mengamalkannya? Sudahkah menghujam dalam karakter kita? Karena keduanya adalah buah iman, Saudaraku. Bersyukur ketika mendapat kenikmatan dan bersabar ketika mendapat musibah. Ketahuilah Saudaraku, nikmat dan musibah adalah ujian dari Allah. Masalahnya bukan apa yang Allah berikan kepada kita, tetapi bagaimana kita dalam menyikapi semua ketetapan-Nya? 


Sabar yang sebenarnya ialah sabar pada saat bermula (pertama kali) tertimpa musibah. (HR. Bukhari) 


Iman terbagi dua, separo dalam sabar dan separo dalam syukur. (HR. Al-Baihaqi) 


Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. [QS. Al-Anbiya’: 35] Allahu a’lam bishowab… 

Rabu, 11 Mei 2011

Video-video ilmiah ini Insya Allah membantu pencerahan

0. Pembuktian ilmiah ka'bah sebagai pusat bumi
https://www.facebook.com/video/video.php?v=1498505477544

1. Riset Ilmiah air zamzam, terbukti berkhasiat secara klinis
https://www.facebook.com/video/video.php?v=1531686587051

2. Uji laborat sederhana, mengapa Daging babi diharamkan
https://www.facebook.com/video/video.php?v=1525737558329

3. Balita membuktikan satu huruf al Qur'an tidak bisa di ubah/refisi
https://www.facebook.com/video/video.php?v=1507171894199

4. Pilihan poligami atau skandal gereja
https://www.facebook.com/video/video.php?v=1502638580869

5. Penelusuran sejarah mengapa terjadi manipulasi ayat alkitab
https://www.facebook.com/video/video.php?v=1499978154360

6. Gereja eropa ditinggalkan dan di beli untuk masjid
https://www.facebook.com/video/video.php?v=1488546908586

7. Laporan CNN kenaikan populasi Eropa / conver to Islam 70.000/year
https://www.facebook.com/video/video.php?v=1489713617753

8. Agen rahasia/serdadu yahudi kejam menemukan fakta sebenarnya ttg kedamaian Islam dan bertobat
https://www.facebook.com/video/video.php?v=1492077596851

9. Ribuan suku pedalaman merubah hidupnya dg Islam
https://www.facebook.com/video/video.php?v=1490909687654

10. Pendeta terkenal sedunia masuk Islam
https://www.facebook.com/video/video.php?v=1481599214898

atau klik vedio lengkapnya disini
https://www.facebook.com/video/?id=1681371110#!/video/?id=1681371110&s=0

Senin, 25 April 2011

kapan Hari kiamat datang??????????????????????????


Bagi seorang muslim, Kiamat (Hari Akhir) merupakan salah satu rukun iman yang mesti dipercaya. Tidak disebut seorang muslim, hingga dia mempercayai keberadaan dan kedatangan hari akhir…baik dia akan saksikan kedatangan hari akhir tersebut maupun tidak (karena sudah meninggal terlebih dahulu).


Setelah hari akhir ini kelak, SEMUA manusia akan dibangkitkan, dari jaman nabi Adam as hingga manusia terakhir yang dilahirkan….termasuk kita, para pembaca blog ini. Semua manusia akan dikumpulkan di padang Makhsyar, sebuah tempat yang teramat luas, yang akan diadili dan dihisab sesuai amal perbuatan masing-masing.
Di saat itu, manusia akan terbagi menjadi 2, manusia yang beruntung dan manusia yang merugi. Yang dimaksud dengan manusia beruntung adalah manusia yang menerima kitab hasil hisabnya dengan tangan kanannya. Sebaliknya, manusia yg merugi adalah manusia yang kitab hasil hisabnya diberikan dg tangan kiri. Semoga kita termasuk kelompok manusia yang beruntung. Aamiin.


Kembali ke masalah kiamat
“Kapan terjadinya kiamat?”
Merupakan sebuah kalimat yang sering diungkapkan/dipertanyakan, tidak saja oleh kita, orang-orang jaman kini…namun, sejak jaman Rasululloh SAW pun, sahabat dan umat beliau sudah bertanya tentang hal ini. Motivasi mereka jelas, bersiap menghadapi kedatangan hari yang SANGAT MENGERIKAN INI.


Rasululloh SAW sendiri menjawab bahwa beliau TIDAK DIBERITAHU (dengan pasti) oleh ALLOH SWT kapan terjadinya kiamat itu. Hal ini tercantum di:
- Surat Al A’raaf(7):187,“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.

  Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.”

- Al Mulk(67):26,“Katakanlah: “Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan”.”


ALLOH SWT sendiri menyatakan bahwa DIA MERAHASIAKAN kapan terjadinya kiamat, sebagaimana dinyatakan di Thahaa(20):15,“Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.”
Kengerian hari kiamat, sudah ALLOH SWT cantumkan di Al Qur’an…selain di Al A’raaf(7):187 yg ada di atas…juga di beberapa ayat lainnya, seperti:

- Thahaa(20):105,“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah: “Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya,”

- Saba(34):51,“Dan (alangkah hebatnya) jika kamu melihat ketika mereka (orang-orang kafir) terperanjat ketakutan (pada hari kiamat); maka mereka tidak dapat melepaskan diri dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat (untuk dibawa ke neraka).”

- Al Qamar(54):46,“Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.”

- Al Waqi’ah(56):1-6,“Apabila terjadi hari kiamat, - terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). - (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), - apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, - dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya,”

- Al Haaqqaah(69):1-8, 13-16,“Hari kiamat, - apakah hari kiamat itu? - Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu? - Kaum Tsamud dan Ad telah mendustakan hari kiamat. - Adapun kaum Tsamud maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa, - Adapun kaum Ad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, - yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). - Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka. === Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, - dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. - Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat, - dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah.”
Hari Kiamat pasti datang:

- Ad Dukhaan(44):40,“Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya,”

- Muhammad(47):18,“Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari kiamat sudah datang?”
- Asy Syura(42):18,“Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh.”

- Al Mu’min(40)59,“Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman.”


“Ok…kiamat pasti datang, tapi kapan?”
Seperti yg aku tulis di atas, TIDAK ADA KETERANGAN KAPAN KEPASTIAN WAKTU-nya. Bahkan, Rasululloh SAW sendiri juga menyatakan TIDAK TAHU dan TIDAK DIBERI TAHU OLEH ALLOH SWT. Al 

Mulk(67):26,“Katakanlah: “Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan”.”
“Nah, kemarin, ada beberapa ilmuwan yg menyatakan bahwa bumi akan kiamat tahun sekian…sekian… Berarti Ilmuwan lebih hebat dari Rasululloh SAW, dong? Karena ilmuwan bisa memperkirakan kapan kiamat terjadi. Berarti Rasululloh SAW nabi palsu?”
Ya jelas bukan begitu…
Hasil penelitian ilmuwan-ilmuwan, jelas merupakan LOGIKA…sedangkan KIAMAT TIDAK BISA DIJANGKAU OLEH LOGIKA…sama halnya dengan banyak ibadah dan hal-hal lain dalam Islam, seringkali akal tidak bisa menjangkaunya. Tahun ‘terjadinya’ kiamat versi ilmuwan, jelas HANYA PREDIKSI. Kita tidak tahu persis kapan terjadinya…bisa jadi besok, ALLOH SWT mendatangkan hari Kiamat, entah barangkali ketika anda membaca blog ini, tiba2…BUM…kiamat datang. Siapa yg tahu?
Sehubungan dengan itu, beberapa waktu lalu, Ardho mengirim sebuah tautan artikel kepadaku. Link itu mengarah ke sebuah ‘perhitungan’ terjadinya kiamat. Aku copy paste saja isi tautan artikel itu.
Kiamat SA’AH
Pada ayat 16/77 babwa kedatangan SA’AH itu lebih cepat daripada kejapan mata. Menurut hukum fisika, kecepatan pandangan mata sama besar dengan kecepatan gerak sinar / gelombang radio. Surya ada sejauh delapan menit gerak sinar dari Bumi, jika misalnya Surya itu mendadak hilang dari angkasa maka keadaan itu baru dapat kita lihat 8 menit kemudiannya, karena sekianlah kecepatan kejapan / pan&gan mata.
Kini dikatakan SA’AH itu lebih cepat lagi maka kecepatan yg melebihi sinar ialah kecepatan gerak Mar’a / Comet yg kelihatan melayang di antara bintang-bintang angkasa beberapa saat padahal diketahui orang bahwa jarak bintang terdekat ialah 4 tahun gerak sinar. Jadi SA’AH itu berlaku cepat sekali seperti kecepatan gerak Comet, & memang Comet itulah yg dijadikan Allah selaku penyebab terjadinya SA’AH nantinya.


Alquran menyebut kecepatan Comet itu melebihi kecepatan pandangan mata karena memang manusia umumnya menganggap bahwa kecepatan matalah yg terbesar dari benda konkrit yg pernah diketahui, tetapi kalau orang memperhatikan secara ilmiah akan ternyatalah bahwa kecepatan terbesar itu ialah kecepatan gerak Comet.
Ayat 7/187 menyatakan bahwa seorangpun tidak dapat meramalkan waktu kedatangan Comet itu selaku penyebab adanya SA’AH, karenanya pantaslah ramalan para sarjana mengenai rombongan Comet yg dapat dilihat dari Bumi selalu gagal begitupun rombongan Comet yg dinamakan dengan Kahotek pada bulan Desember 1973. Hal ini disebabkan oleh kesalahan prinsip mengenai wujud Comet sendiri.


Semua sarjana Bumi pada abad 14 Hijriah menyatakan Comet itu terdiri dari pasir / es melayang dalam orbit tertentu dalam tatasurya mengeliling Surya, padahal benda angkasa itu ialah kumpulan Mar’a non partikel tanpa orbit di angkasa luas dengan massa yg semakin besar, masing-masingnya kini jutaan kali besar Surya.
Sebenarnya, hal yg LEBIH PENTING ADALAH MEMPERSIAPKAN DIRI MENGHADAPI KIAMAT..bukan meributkan KAPAN TERJADINYA KIAMAT.
Ibaratnya, siswa yg sudah belajar dan mempersiapkan dirinya dengan baik, tidak akan takut kapan diadakan ujian/quis/tes, karena dia merasa sudah cukup bekalnya. Berbeda dengan siswa yg tidak siap…dia akan tergesa-gesa mempersiapkan dirinya untuk menghadapi ujian, pada saat waktu ujian sudah dekat. Ini masih ‘beruntung’, karena waktu pelaksanaan ujian sudah diketahui…sementar kiamat, berdasarkan tulisanku di atas, tidak diketahui kapan terjadinya.
Mari saudara-saudaraku, kita persiapkan diri…cek amal ibadah kita, lihat sekeliling kita, seberapa manfaat kita terhadap lingkungan sekitar. Semoga kita bisa terhindar dari kerugian dan masalah akibat tidak siapnya kita menghadapi hari kiamat. Aamiin.

Minggu, 10 April 2011

Kepada Yang Tercinta Bundaku Yang Ku Sayang

 

Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah memuliakan kedudukan kedua orang tua, dan telah menjadikan mereka berdua sebagai pintu tengah menuju surga. Shalawat serta salam, hamba yang lemah ini panjatkan keharibaan Nabi yang mulia, keluarga serta para sahabatnya hingga hari kiamat. Amin…

Ibu… aku terima suratmu yang engkau tulis dengan tetesan air mata dan duka, dan aku telah membacanya, ya aku telah mengejanya kata demi kata… tidak ada satu huruf pun yang aku terlewatkan.

Tahukah engkau, wahai Ibu, bahwa aku membacanya semenjak shalat Isya’ dan baru selesai membacanya setelah ayam berkokok, fajar telah terbit dan adzan pertama telah dikumandangkan?! Sebenarnyalah surat yang engkau tulis tersebut jika ditaruhkan di atas batu, tentu ia akan pecah, sekiranya diletakkan ke atas daun yang hijau tentu dia akan kering. Sebenarnyalah surat yang engkau tulis tersebut tidak tersudu oleh itik dan tidak tertelan oleh ayam. Sebenarnyalah bahwa suratmu itu bagiku bagaikan petir kemurkaan… bagaikan awan kaum Tsamud yang datang berarak yang telah siap dimuntahkan kepadaku…

Ibu… Aku baca suratmu, sedangkan air mataku tidak pernah berhenti!! Bagaimana tidak, sekiranya surat itu ditulis oleh orang yang bukan ibu dan ditujukan pula bukan kepadaku, layaklah orang mempunyai hati yang keras ketika membaca surat itu menangis sejadi-jadinya. Bagaimana kiranya yang menulis itu adalah bunda dan surat itu ditujukan untuk diriku sendiri!!

Aku sering membaca kisah dan cerita sedih, tidak terasa bantal yang dijadikan tempat bersandar telah basah karena air mata, aku juga sering menangis melihat tangisnya anak yatim atau menitikkan air mata melihat sengsaranya hidup si miskin. Aku acap kali tersentuh dengan suasana yang haru dan keadaan yang memilukan, bahkan pada binatang sekalipun. Bagaimana pula dengan surat yang ibu tulis itu!? Ratapan yang bukan ibu karang atau sebuah drama yang ibu perankan?! Akan tetapi dia adalah sebuah kenyataan…

Bunda yang kusayangi…

Sungguh berat cobaanmu… sungguh malang penderitaanmu… semua yang engkau telah sebutkan benar adanya. Aku masih ingat ketika engkau ditinggal ayah pada masa engkau hamil tua mengandung adikku. Ayah pergi entah kemana tanpa meninggalkan uang belanja, jadilah engkau mencari apa yang dapat dimasak di sekitar rumah dari dedaunan dan tumbuhan. Dengan jalan berat engkau melangkah ke kedai untuk membeli ala kadarnya, sambil engkau membisikkan kepada penjual bahwa apa yang engkau ambil tersebut sebagai hutang dan hendaklah dicatat dulu. Hutang yang engkau sendiri tidak tahu kapan engkau akan dapat melunasinya.

Ibu… aku masih ingat ketika kami anak-anakmu menangis untuk dibuatkan makanan, engkau tiba-tiba menggapai atap dapur untuk mengambil kerak nasi yang telah lama engkau jemur dan keringkan, tidak jarang pula engkau simpan untukku sepulang sekolah tumbung kelapa, hanya untuk melihat aku mengambilnya dengan segera. Atau aku masih ingat, engkau sengaja mengambilkan air didih dari nasi yang sedang dimasak, ketika engkau temukan aku dalam keadaan sakit demam.

Ibu… maafkanlah anakmu ini, aku tahu bahwa semenjak engkau gadis sebagaimana yang diceritakan oleh nenek sampai engkau telah tua sekarang, engkau belum pernah mengecap kebahagiaan. Duniamu hanya rumah serta halamannya, kehidupanmu hanya dengan anak-anakmu. Belum pernah aku melihat engkau tertawa bahagia kecuali ketika kami anak-anakmu datang ziarah kepadamu. Selain dari itu tidak ada kebahagiaan, hari-harimu adalah perjuangan. Semua hidupmu hanya pengorbanan.

Ibu… Maafkan aku anakmu ini! Semenjak engkau pilihkan untukku seorang istri, wanita yang telah engkau puji sifat dan akhlaknya, yang engkau telah sanjung pula suku dan negerinya!! Engkau katakan ketika itu padaku, “Ambilah ia sebagai istrimu, gadis yang pemalu yang pandai bergaul, cantik dan berakhlak mulia, punya hasab dan nasab!.”

Semenjak itu pula aku seakan-akan lupa denganmu. Keberadaan dia sebagai istriku telah membuatku lupa posisi engkau sebagai ibuku, senyuman dan sapaannya telah membuatku terlena dengan sapaan dan himbauanmu.

Ibu… aku tidak menyalahkan wanita pilihanmu tersebut, karena ia telah menunaikan kewajibannya sebagai istri, terutama perhatiannya dalam berbakti kepadamu, sudah berapa kali ia memintaku untuk menyediakan waktu untuk menziarahimu. Hari yang lalu ia telah buatkan makanan buatmu, akan tetapi aku tidak punya waktu mengantarkannya, hingga makanan itu telah menjadi basi…

Aku berharap pada permasalahan ini engkau tidak membawa-bawa namanya dan mengaitkan kedurhakaanku kepadamu karenanya. Karena selama ini, di mataku dia adalah istri yang baik, istri yang telah berupaya banyak untuk kebahagiaan rumah tangganya.

Ibu… Ketika seorang laki-laki menikah dengan seorang wanita, maka seolah-olah dia telah mendapatkan permainan baru, seperti anak kecil mendapatkan boneka atau orang-orangan. Sekali lagi maafkan aku! Aku tidaklah membela diriku, karena dari awal dan akhir pembicaraan ini kesalahan ada padaku.. anakmu ini!! Akan tetapi aku ingin menerangkan keadaan yang kualami, perubahan suasana setelah engkau dan aku berpisah dan perubahan jiwa ketika aku tidak hanya mengenal dirimu, tapi kini aku telah mengenal satu wanita lagi.

Ibu… perkawinanku membuatku masuk ke dunia baru, dunia yang selama ini tidak pernah kukenal, dunia yang hanya ada aku, istri dan anakku!! Bagaimana tidak, istri yang baik dan anak-anak yang lucu-lucu!! Maafkan aku Ibu… aku merasa dunia hanya milik kami, aku tidak peduli dengan keadaan orang lain, yang penting bagiku adalah keadaan mereka.

Ibu… Maafkan aku, anakmu!! Aku telah lalai… aku telah lupa… aku telah menyia-nyiakanmu!! Aku pernah mendengar kajian, bahwa orang tua difitrahkan untuk cinta kepada anaknya, dan anak difitrahkan untuk menyia-nyiakan orang tuanya. Oleh sebab itu dilarang mencintai anak secara berlebihan dan anak dilarang berbuat durhaka kepada orang tuanya.

Itulah yang terjadi pada diriku, wahai Ibu!! Aku seperti orang linglung ketika melihat anakku sakit, aku seperti orang kebingungan ketika melihat anakku diare. Tapi itu sulit, aku rasakan jika hal itu terjadi padamu atau pada ayah!!

Ibu… Sulit aku merasakan perasaanmu!! Kalaulah bukan karena bimbingan agama yang telah lama engkau talqinkan kepadaku, tentu aku telah seperti kebanyakan anak-anak yang durhaka kepada orang tuanya!! Kalaulah bukan karena baktimu pula kepada orang tuamu dan orang tua ayah, niscaya aku tidak akan pernah mengenal arti bakti kepada orang tua.

Setelah suratmu datang, baru aku mengerti!! Karena selama ini hal itu tidak pernah engkau ungkapkan, semuanya engkau simpan dalam-dalam seperti semua permasalahan berat yang engkau hadapi selama ini.

Sekarang baru aku mengerti, bahwa hari yang sulit bagi seorang ibu, adalah hari di mana anaknya telah menikah dengan seorang wanita. Di matanya wanita yang telah mendampingi putranya itu adalah manusia yang paling beruntung.

Bagaimana tidak!! Dia dapatkan seorang laki-laki yang telah matang pribadi dan matang ekonomi dari seorang ibu yang telah letih membesarkannya. Dengan detak jantungnya ia peroleh kematangan jiwa dan dari uang ibu itu pula ia dapatkan kematangan ekonomi. Sekarang dengan ikhlas dia berikan kepada seorang wanita yang tidak ada hubungannya, kecuali hubungan dua wanita yang saling berebut perhatian seorang laik-laki. Laki-laki sebagai anak dari ibunya dan ia sebagai suami dari istrinya.

Ibuku sayang…

Maafkan aku Ibu!! Ampunkan diriku. Satu tetesan air matamu adalah lautan api bagiku. Janganlah engkau menangis lagi, jangan engkau berduka lagi!! Karena duka dan tangismu menambah dalam jatuhku ke dalam api neraka!! Aku takut Ibu… aku cemas dengan banyaknya dosaku kepada Allah sekarang bertambah pula dengan dosaku terhadapmu. Dengan apa aku ridho Allah, sekiranya engkau tidak meridhoiku. Apa gunanya semua kebaikan sekiranya di matamu aku tidak punya kebaikan!! Bukankah ridho Allah tergantung dengan ridhomu dan sebaliknya bukankah kemurkaan Allah tergantung dengan kemurkaanmu!! Tahukah engkau Ibu, seburuk-buruknya diriku, aku masih merasakan takut kepada murka Allah!! Apalah jadinya hidup jika hidup penuh dengan murka dan laknat serta jauh dari berkah dan nikmat.

Kalau akan murka itu pula yang aku peroleh, izinkan aku membuang semua kebahagiaanku selama ini, demi hanya untuk dapat menyeka air matamu! Kalau akan engkau pula murka kepadaku, izinkan aku datang kepadamu membawa segala yang aku miliki lalu menyerahkannya kepadamu, lalu terserah engkau, mau engkau perbuat apa?!

Sungguh aku tidak mau masuk neraka! Seakalipun -wahai Bunda- aku memiliki kekuasaan seluas kekuasaan Firaun, mempunyai kekayaan sebanyak kekayaan Qarun dan mempunyai keahlian setinggi ilmu Haman. Pastikan wahai Bunda tidak akan aku tukar dengan kesengsaraan di akherat sekalipun sesaat. Siapa pula yang tahan dengan azab neraka, wahai Bunda!!

Ibu maafkan anakmu!! Adapun sebutanmu tentang keluhan dan pengaduan kepada Allah ta’ala, bahwa engkau belum mau mengangkatnya ke langit!! Maka, ampun, wahai Ibu!! Aku angkat seluruh jemariku dan sebelas dengan kepala untuk mohon maaf kepadamu!! Kalaulah itu yang terjadi, do’a itu tersampaikan! Salah ucap pula lisanmu!! Apalah jadinya nanti diriku!! Tentu kebinasaan yang telak. Tentu diriku akan menjadi tunggul yang tumbang disambar petir, apalah gunanya kemegahan sekiranya engkau do’akan atasku kebinasaan, tentu aku akan menjadi pohon yang tidak berakar ke bumi dan dahannya tidak bisa sampai ke langit, di tengahnya dimakan kumbang pula!!

Kalaulah do’amu terucap atasku, wahai Ibu!! maka, tidak ada lagi gunanya hidup, tidak ada lagi gunanya kekayaan, tidak ada lagi gunanya banyak pergaulan.

Ibu dalam sejarah anak manusia yang kubaca, tidak ada yang bahagia setelah kena kutuk orang tuanya. Itu di dunia, maka aku tidak dapat bayangkan bagaimana nasib bagi yang terkena kutuk di akherat, tentu lebih sengsara.

Ibu… setelah membaca suratmu, baru aku menyadari kekhilafan, kealfaan dan kelalaianku. Suratmu akan kujadikan benda berharga dan kusimpan dengan dengan baik dalam hidupku, setiap kali aku lalai dalam berkhidmat kepadamu akan aku baca ulang kembali, tiap kali aku lengah darimu akan kutalqin diriku dengannya. Akan kusimpan dalam lubuk hatiku sebelum aku menyimpannya dalam kotak wasiatku. Akan aku sampaikan kepada anak keturunanku bahwa ayah mereka dahulu pernah lalai dalam berbakti, lalu sadar dan kembali kepada kebenaran, ayah mereka pernah berbuat salah, sehingga ia telah menyakiti hati orang yang seharusnya ia cintai, lalu ia kembali kepada petunjuk.

Tua… siapa yang tidak mengalami ketuaan, wahai Bunda!! Badanku yang saat ini tegap, rambutku hitam, kulitku kencang, akan datang suatu masa badan yang tegap itu akan ringkih dimakan usia, rambut yang hitam akan dipenuhi uban ditelan oleh masa dan kulit yang kencang itu akan menjadi keriput ditelan oleh zaman.

Burung elang yang terbang di angkasa, tidak pernah bermain kecuali di tempat yang tinggi, suatu saat nanti dia akan jatuh jua, dikejar dan diperebutkan oleh burung kecil lainnya. Singa si raja hutan yang selalu memangsa, jika telah tiba tuanya, dia akan dikejar-kejar oleh anjing kecil tanpa ada perlawanan. Tidak ada kekuasaan yang kekal, tidak ada kekayaan yang abadi, yang tersisa hanya amal baik atau amal buruk yang akan dipertanggungjawabkan.

Ibu, do’akan anakmu ini agar menjadi anak yang berbakti kepadamu di masa banyak anak yang durhaka kepada orang tuanya. Angkatlah ke langit munajatmu untukku agar aku akan memperoleh kebahagiaan abadi di dunia dan di akherat.

Ibu… sesampainya suratku ini, insya Allah, tidak akan ada lagi air mata yang jatuh karena ulah anakmu, setelah ini tidak ada lagi kejauhan antaraku denganmu, bahagiamu adalah bahagiaku, kesedihanmu adalah kesedihanku, tawamu adalah tawaku dan tangismu adalah tangisku. Aku berjanji untuk selalu berbakti kepadamu buat selamanya dan aku berharap aku dapat membahagiakanmu selama mataku masih berkedip.

Bahagiakanlah dirimu… buanglah segala kesedihan, cobalah tersenyum!! Ini kami, aku, istri, dan anak-anak sedang bersiap-siap untuk bersimpuh di hadapanmu, mencium tanganmu.

Salam hangat dari anakmu.

Sumber Tulisan ‘ Kutitip Surat Ini Untukmu’ karya Ustadz Armen Halim Naro, Lc rahimahullah

Kamis, 24 Maret 2011

Cewek Itu Apanya Sih yang Disunat?

Cewek Itu Apanya Sih yang Disunat?

Udah pernah liat cewek disunat belom? Kalo ente emang ngeres, pastinya udah. Tapi jujur aja ane sendiri baru pernah denger doang soal suant cewek, tapi nggak pernah juga ngeliat langsung. Nggak tau juga apa sunat cewek itu perintah agama apa cuma sekedar hasil pikiran nenek-nenek moyang kita yang kolot. Tapi pokoknya dibeberapa negara sunat cewek ini udah nggak dibolehin sama sekali. Tapi di Indonesia boleh aja, tapi yang penting sesuai aturan (lawan aturan boleh, yang penting nyetor uang haram dong). Ane penasaranan nih kenapa kok dinegara lain sunat cewek dilarang. Makanya ane bertekad bakal nonton sunat cewek dikeluarahan berikutnya hehe :D .. Nih baca berita tentang sunat cewek:

” Aturan mengenai sunat perempuan antara lain termuat dalam Permenkes No 1636/Menkes/Per/XI/2010 tentang Sunat Perempuan. Dikutip dari Depkes.go.id, Rabu (16/3/2011), aturan ini dibuat untuk melindungi perempuan dari praktik sunat ilegal yang membahayakan jiwa maupun sistem reproduksinya. Salah satu ketentuan dalam peraturan tersebut mengatakan, sunat perempuan hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan baik dokter, bidan atau perawat yang memiliki izin kerja. Sebisa mungkin, tenaga kesehatan yang dimaksud berjenis kelamin perempuan. Bagian yang dipotong juga tidak boleh sembarangan, bahkan sebenarnya tidak ada bagian dari alat kelamin perempuan yang boleh dipotong. Sunat yang diizinkan hanya berupa goresan kecil pada kulit bagian depan yang menutupi klitoris (frenulum klitoris).
Sunat perempuan tidak boleh dilakukan dengan cara mengkaterisasi atau membakar klitoris (bagian mirip kacang yang paling sensitif terhadap rangsang seksual, dalam Bahasa Indonesia disebut juga klentit). Goresan juga tidak boleh melukai atau merusak klitoris, apalagi memotong seluruhnya.

Bagian lain yang tidak boleh dirusak atau dilukai dalam sunat perempuan adalah bibir dalam (labia minora) maupun bibir luar (labia mayora) pada alat kelamin perempuan. Hymen atau selaput dara juga termasuk bagian yang tidak boleh dirusak dalam prosedur sunat perempuan.

Hal lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah, sunat perempuan hanya boleh dilakukan atas permintaan dan persetujuan perempuan yang bersangkutan dengan izin dari orangtua atau walinya. Petugas yang menyunat juga wajib menginformasikan kemungkinan terjadinya perdarahan, infeksi dan rasa nyeri. “

Rabu, 23 Maret 2011

Semoga bisa menjadi renungan bagi kita semua, akan pentingnya seorang "IBU"

Kutitip Surat Ini Untukmu

Diketik ulang dari buku ‘Kutitip Surat Ini Untukmu’ karya Ustadz Armen Halim Naro, Lc rahimahullah
------------------------------------------------------------------------------------------------
Semoga bisa menjadi renungan bagi kita semua, akan pentingnya seorang "IBU".



Assalamu’alaikum,


Segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah ta’ala yang telah memudahkan Ibu untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Amin…

Wahai anakku,
Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara… Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka…

Wahai anakku!
Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati dan telah engkau robek pula perasaanku.

Wahai anakku… 25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika dokter datang menyampaikan kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi…

Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.

Aku mengandungmu, wahai anakku! Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu gembira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu dan balikan badanmu di perutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena semakin hari semakin bertambah berat perutku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku.

Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun. Aku merasakan sakit yang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan.

Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau pun lahir… Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan. Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan bertambah kuatnya sakit. Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air ke kerongkonganku.

Wahai anakku… telah berlalu tahun dari usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati hidupku kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu.

Harapanku pada setiap harinya, agar aku melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu… itulah kebahagiaanku!

Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendo’akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.

Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu. Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu.

Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka, tangis telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku.

Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran. Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.

Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu. Detik demi detik kuhitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu aku manyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering aku merasa bahwa engkaulah yang menelepon. Setiap suara kendaraan yang lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang.

Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping, yang ada hanya keputusasaan. Yang tersisa hanyalah kesedihan dari semua keletihan yang selama ini kurasakan. Sambil menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya.

Anakku… ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih kepadamu yang bukan-bukan. Yang Ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu. Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.

Dan Ibu memohon kepadamu, Nak! Janganlah engkau memasang jerat permusuhan denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika Ibu hendak memandang wajahmu!!

Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik. Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.

Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit… Berdiri seharusnya dipapah, dudukpun seharusnya dibopong, sekalipun begitu cintaku kepadamu masih seperti dulu… Masih seperti lautan yang tidak pernah kering. Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti.

Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan kepada ibumu… Mana balas budimu, nak!?

Mana balasan baikmu! Bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa?! Akan tetapi kenapa nak! Susu yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba. Bukankah Allah ta’ala telah berfirman, “Bukankah balasan kebaikan kecuali dengan kebaikan pula?!” (QS. Ar Rahman: 60) Sampai begitu keraskah hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?! Setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu?!

Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak, engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?! Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu, atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?

Terus, jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku sebagai budak dan pembantu yang paling hina dari sekian banyak pembantumu . Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana upah yang layak untukku wahai anakku!

Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu? Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu demi mengobati derita orang tua yang malang ini? Sedangkan Allah ta’ala mencintai orang yang berbuat baik.

Wahai anakku!! Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.

Wahai anakku! Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang laki-laki supel, dermawan, dan berbudi.

Anakku… Tidak tersentuhkah hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak terenyuhkah jiwamu melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan!? Bukan karena apa-apa?! Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya… Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya… hanya karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya… hanya karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim?!

Wahai anakku, ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu. Maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaafan dan balas budi yang baik. Semoga aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah ta’ala, sebagaimana dalam hadits: “Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah!!” (HR. Ahmad)

Anakku. Aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu. Semenjak engkau telah beranjak dewasa saat itu pula tamak dan labamu kepada pahala dan surga begitu tinggi. Engkau selalu bercerita tentang keutamaan shalat berjamaah dan shaf pertama. Engkau selalu berniat untuk berinfak dan bersedekah.

Akan tetapi, anakku! Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan besar yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia? Beliau bersabda: “Shalat pada waktunya”, aku berkata: “Kemudian apa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Berbakti kepada kedua orang tua”, dan aku berkata: “Kemudian, wahai Rasulullah!” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah”, lalu beliau diam. Sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya. (Muttafaqun ‘alaih)

Wahai anakku!! Ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan budak atau berletih dalam berinfak. Pernahkah engkau mendengar cerita seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang emas?! Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa pulang hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya. Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Berletih mencari emas di negeri orang kiranya, di sebelah gubuk reotnya orang mendirikan tambang emas.

Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari pahala, engkau telah beramal banyak, tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar. Di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu. Bukankah ridhoku adalah keridhoan Allah ta’ala, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya?

Anakku, yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-jangan engkaulah yang dimaksudkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya: “Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang”, dikatakan, “Siapa dia,wahai Rasulullah?, Rasulullah menjawab, “Orang yang mendapatkan kedua ayah ibunya ketika tua, dan tidak memasukkannya ke surga”. (HR. Muslim)

Anakku… Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini kepada Allah, karena sekiranya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada dokter yang dapat menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak! Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan engkau adalah jantung hatiku… Bagaimana ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana Ibu tega melihatmu merana terkena do’a mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku.

Bangunlah Nak! Uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa hingga engkau akan menjadi tua pula, dan al jaza’ min jinsil amal… “Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam…” Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anak-anakmu, engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula kepadamu.

Wahai anakku, bertaqwalah kepada Allah pada ibumu, peganglah kakinya!! Sesungguhnya surga di kakinya. Basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang telah lapuk.Anakku… Setelah engkau membaca surat ini,terserah padamu! Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.

Wassalam,

Ibumu

Rabu, 16 Maret 2011

Remaja Masjid Sari Nurul Hidayah Sembung





Kami Organisasi Remaja Masjid

Sembung Tirtomoyo


HAMMAS 

(Himpunan Remaja Masjid Sari Nurul hidayah Sembung)

Organisasi yang diprakarsai di Sembung pada tanggal 12 Mei 2006


SLOGAN : THE SPIRIT OF MOSLEM




Struktur Pengurus Organisasi 
Remaja Masjid


Andi Setyo Anwar (KETUA)



Ruswandi (WAKIL KETUA)


Nano Purwanto (SEKRETARIS I)

Amila Fitri Amdani (SEKRETARIS II)


Lilih Tri Hastuti (BENDAHARA I )


Desy Dwi Lestari (BENDAHARA II )

Yover Anang Prabowo (KOORDINATOR)

Anggi Aghma (HUMAS)




Aji Nugroho (HUMAS)

Ridwan Sugiantoro (HUMAS)

 Arfati Fegha (HUMAS)




Andri (HUMAS)


Rosululloh Shallahu 'alaihi Wassalam itu berakhlak Al-Qur'an, maka ucapan beliau sesuai dengan ajaran Al-Qur'an, seluruh ilmunya dari Al-Qur'an, dan semua prilakunya mencerminkan Al-Qur'an. Tak ada satupun sikap dan tindakannya yang bertentangan dengan Al-Qur'an. Karena jiwanya adalah Al-Qur'an. Al-Qur'an itu kalam Ilahi yang agung, memimpin dan menerangkan jalan yang lurus, dan berisikan kebenaran mutlak, menghapus segala kebodohan dan kegelapan. Dengan demikian berarti sunnah yang diajarkannya, baik ucapan, perbuatan, ataupun keputusannya semua itu telah diridloi oleh Alloh. Dan wajib mengikuti, mencintai serta menjadikannya sebagai teladan. (Allahumma Shalli 'ala sayyidina Muhammad, T_T)






Tri Yuli Sapmoko 75







 

Kita Menyadari bahwa Teknologi Yang telah dibuat manusia telah menghantarkan pada strategi kehidupan yang sekaligus peradaban yang sangat spektakuler pada milineum ketiga ini,manusia di tuntut berfikir secara obyektif dan realitas serta mampu berfikir secara arif,efektik,dan bijaksana dengan perspektif lain.Bahwa mulai sekarang kita harus bisa menyiapkan generasi muda yang handal tangguh sehingga pada giliranya nanti mereka tidak hanya bisa struggle for live (berjuang untuk hidup) akan tetapi lebih dari itu mereka mampu menerima transformasi untuk menyongsong masa yang akan datang dengan lebih sempurna,Namun begitu kita semua menyadari bahwa masa depan adalah masalah yang bersifat metafisis.walaupun begitu adalah syah-syah saja bila kita sejak dini mengambil langkah-langkah antisipatif agar mampu menciptakan predikat sekaligus problem solving terhadap masalah yang akan dan sedang kita hadapi.

Dengan berdasarkan firman Allah yang berarti
  •  "Serulah (Muhammad) kepada jalan Tuhan_Mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik sesungguhnya Tuhan_Mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di Jalan_Nya dan dialah yang mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk.

 Berpamgkal tolak pada hal tersebut di atas kami keluarga besar

HAMMAS (Himpunan Remaja Masjid Sari Nurul hidayah Sembung)

Tirtomoyo - Wonogiri

,mendirikan organisasi ini dengan tujuan untuk memperbaiki diri dan mengamalkan al qur'an dan sunnah,
Agar menjadi Muslim yang handal dan mumpuni yang mampu menjawab tantangan zaman yang di rasa menjadi-jadi ini.


Berpegang pada itu semua .Kita rasakan generasi muda kita yang semakin punah dengan pengaruh kemajuan zaman ,yang mana kita sendiri sangat sulit membendungnya.kita bertekad untuk sama-sama menghiasi Akhlak para remaja dengan mendirikan sebuah organisasi ini.Dengan organisasi ini Insya Allah kita siapkan generasi muda yang gagah perkasa yang mampu menjawab moderenitas dengan dunia kekinian.

                                                               TUJUAN

UMUM.............
-Iman dan Takwa kepada ALLAH SWT
-Mensyukuri Nikmat-Nikmat Allah yang telah di berikan kepada kita.
-Membantu sesama manusia dalam kebaikan
KHUSUS............
-Mempersiapkan generasi muda yang berwawasan luas,berkompetensi,berakhlak tinggi,dan   mengedepankan nurani
-Mempererat Tali Ukhuwah Islamiyah
-Mempersiapkan Anggota HAMMAS agar mampu berdakwah secara arif,efektif dan bijaksana.
-Melatih  Anggota HAMMAS  untuk dapat bergaul dan menempatkan diri dalam lingkungan Masyarakat
-